Apakah Disiplin Pada Si Kecil Harus Galak?

Hi Bubu.. Siapa di sini yang mulai kewalahan nih dengan perilaku anak balitanya? Sudah mulai susah dilarang.. Ujung-ujungnya bikin Bubu atau Pak Suami kehilangan kesabaran. Apakah memang sudah saatnya si kecil diajarkan disiplin? Sebenarnya apa ya disiplin itu?

Dalam ilmu psikologi, disiplin ini erat kaitannya dengan proses belajar untuk mencapai suatu perilaku yang diharapkan. Karena disiplin merupakah suatu proses, maka dalam penerapannya diperlukan waktu dan usaha yang konsisten agar tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), ada 10 hal penting yang perlu dilakukan orang tua agar proses disiplin anak dapat terlaksana dengan baik. Berikut 10 hal yang perlu dilakukan:

1. Jadilah contoh. Ajarkan perilaku yang diharapkan menggunakan kata-kata yang halus dan juga contoh sehari-hari. Ketika orang tua melakukan perilaku baik tersebut, anak akan lebih mudah menerapkannya dalam kesehariannya.
2. Buat Batasan. Buatlah aturan yang jelas dan konsisten, sehingga anak-anak mudah untuk mengikutinya. Pastikan dapat dikomunikasikan sesuai dengan tingkatan usia anak.
3. Berikan Konsekuensi. Jelaskan secara jelas dan tenang mengenai konsekuensi yang mungkin diterima ketika anak melakukan perilaku sesuatu. Misalnya, anak boleh menonton TV setelah selesai makan malam. Apabila anak menunda atau menolak makan malam, waktu anak untuk menonton TV akan berkurang, karena waktunya habis untuk ia berargumen atau menolak makan.
4. Berikan Perhatian. Hal yang paling penting dalam menerapkan disiplin adalah perhatian. Berikan perhatian pada perilaku baik yang dilakukan anak. Anak-anak akan sangat senang ketika mereka mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya, sehingga ia tidak perlu melakukan perilaku yang tidak diharapkan hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
5. Perhatikan ketika mereka melakukan perbuatan baik. Anak perlu tahu apa saja perilaku baik dan buruk yang dapat dilakukan. Ketika anak melakukan perilaku baik, berikan pujian yang spesifik saat itu juga, misalnya: “Wah terima kasih ya sudah mengembalikan mainan ke lemari setelah selesai main!”.
6. Dengarkan anak. Dengarkan alasan atau cerita anak mengenai perilaku yang ia lakukan hingga selesai. Orang tua bisa tahu apa yang menjadi latar belakang perilaku anak, sehingga dapat berespon dengan lebih bijaksana. Anak juga dapat belajar untuk menyelesaikan permasalahannya.
7. Ketahui kapan perlu bertindak. Terkadang tidak semua perilaku anak perlu kita tanggapi. Apabila anak melakukan tindakan kecil yang tidak membahayakan, kita bisa mengabaikannya dan lebih fokus menanggapi perilaku positifnya.
8. Persiapkan Anak. Bagi beberapa situasi yang orang tua sudah dapat mengetahui kemungkinan anak akan melakukan perilaku yang kurang diinginkan, Bubu dan Pak Suami dapat melakukan briefing sebelum pergi ke tempat tersebut. Misalnya, ketika akan datang ke toko mainan untuk membelikan kado teman, kita sudah tahu kemungkinan anak akan meminta beli mainan juga, oleh karena itu penting untuk Bubu melakukan briefing sebelum pergi, bahwa nanti kita akan ke toko mainan, tetapi hanya membeli kado, tidak untuk membelikan si kecil mainan.
9. Alihkan perilaku anak. Terkadang anak melakukan sesuatu hal yang kurang diharapkan karena ia bosan atau tidak tahu bisa melakukan hal apa saja di situasi itu. Bubu bisa menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan anak agar perilakunya bisa produktif.
10. Lakukan Time-out. Untuk perilaku spesifik tertentu yang sudah berulang diperingatkan dan tidak juga berhasil, Bubu bisa melakukan time-out. Pastikan Bubu memahami dulu cara dan aturan dalam melakukan time-out ya. Karena tidak semua perilaku bisa diberlakukan time-out. Namun, pada dasarnya time-out ini memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir mengenai perilaku tidak baik yang telah ia lakukan.

Wah lumayan banyak ya hal yang perlu dilakukan untuk mengajarkan disiplin pada anak.. Tapi kalau Bubu dan Pak Suami sudah sepaham pasti tidak sulit untuk menjalankannya. Selamat mencoba!